Jumat, 30 Mei 2014


Membantu Murid Membentuk Konsep
  • Gunakan strategi aturan-aturan. Ingat strategi ini terdiri dari empat lankah : (1) mendefenisikan konsep; (2) menjelaskan istilah dalam defenisi;(3) beri contoh untuk mengilustrasikan ciri utama; (4) beri contoh tambahan dan beri murid mengkatagorikan ina dan menjelaskan kategorisasi itu; atau suruh muridmembuat konsep merke sendiri.
  • Bantu murid bukan hanya mempelajari suatu konsep, tetapi juga bukan termasuk konsep itu. Ambil contoh konsep “kartun “ murid bisa belajar walaupun lucu, namun lelucon, badut dan puisi lucu bukan kartun. Formasi konsep akan lebih baik jika mereka diajari bahwa di Amerika Utara bukan suatu “bangsa” tapi sebuah “benua “ dan bahwa menyentuh seseorang adalah sebuah tindakan bukan pikiran. Jika anda mengajar konsep “segitiga”. Suruh murid untuk mengkarakteristik dari “ segitiga” seperti “ tiga sisi”, “ bentuk geometri”, “ ukurannya bermacam-macam”, dan sebagainya; juga suruh merka mendaftar benda yang tidak termasuk segitiga, seperti lingkaran, kotak, dan bujur sangkar.
  • .Buat konsep sejelas mungkin dan beri contoh konkret. Luangkan memikirkan cara terbaik menyajikan konsep baru, terutama untuk konsep abstrak. Apabila anda ingin murid memahami konsep “ kendaraan ,“  mintalah mereka menyebut contohnya. Mereka mungkin akan menyebut “mobil” dan mungkin “truk” dan “bus”. Tunjukkan foto kendaraan lain kepada mereka, seperti pesawat atau kapal, untuk mengilustrasikan bahwa konsep itu luas.
  • 4Bantu murid untuk menghubungkan konsep baru dengan konsep yang sudah merka kenal. Cara membantu murid untuk menghubungkan konsep baru dengan konsep yang sudah mereka kenal adalah murid mungkin sudah tau emas dan perak tetapi tidak tau apa itu platinum dan plutonium. Dalam kasus ini, ajarkan konsep platinum dan plutonium berdasarkan konsep emas dan perak.
  • Dorong murid untuk menciptakan peta konsep. Murid akan lebih mudah belajar konsep apabila mereka disuruh untuk organisasi hierarkis dari suatu konsep secara visual. Susunan hierarkis ini dapat digunakan untuk membantu murid untuk memahami karakteristik suatu konsep dari yang umum ke yang khusus. Organisasi hierarkis dapat membantu memori.
  • Suruh murid untuk membuat hipotesis tentang suatu konsep. Setelah murid mempelajari prosedur mencatat yang baik, akan lebih muadah bagi mereka untuk mempelajari bagaimana mengkonstruksi peta konsep, karena anda bisa menunkukkan bagaimana peta konsep tersebut saling terkait satu sama lain dengan menjelaskannya dalam terms organisasi hierarkis. Contoh laiandari cara membuat hipotesis akan membantu murid untuk berpikir dan menyusun strategi. Bantulah murid mengembangkan strategi paling efesien untuk menetukan apa konsep itu.
  • Beri murid pengalaman dalam penyesuaian protetipe. Pikirkan konsep yang berbeda-beda dan kemudian tanyakan kepada murid apa prototype dari konsep itu. Kemudian suruh mereka untuk memberikan contoh yang bukan termasuk prototype dari konsep itu.
  • Cek pemahaman murid atas suatu konsep dan motivasilah mereka untuk mengaplikasikan konsep tersebut pada konteks lain. Pastikan bahwa murid tidak sekedar mengingat konsep tanpa memikirkannya. Ajak mereka untuk mengembangkan pengetahuannya tentang konsep dan mengelaborasikannya dengan member mereka tugas membaca bahan lain tentang konsep tersebut. Tanyakan kepada murid bagaimana konsep tersebut dapat diaplikasikan dalam konteks yang berbeda. Misalnya, dalam mempelajari konsep keadilan, tanyakan kepada murid bagaimana keadilan dapat membuat hidup dapa lebih baik, bukan hanya disekolah, tetapi juga saat bermain, di rumah, dan di tempat kerja.  
Motivasi
            Motivasi adalah proses yang member semangat, arah, dan kegigihan prilaku. Artinya, prilaku perilaku yang termotivasi adlah perilaku yang penuh energy, terarah dan bertahan lama.
Persfektif tentang Motivasi 
  • Perfektif Behavioral menekankan imbalan dan hukumn eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negative yang dapat memotivasi perilaku murid
  • Persfektif Humanistik menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif ( seperti peka terhadap orang lain ). Hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan individu harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut :
  • fisiologis
  • keamanan
  • cinta dan rasa memiliki
  • harga diri
  • aktualisasi diri   
  •  Pesfektif kognitif , pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisiesn.
  • Perfektif sosial ,kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman.
Motivasi untuk Meraih Sesuatu 
  • Motivasi Intrinsik dan Ektrinsik
            motivasi intrinsic adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri ( tujuan itu sendiri)
            motivasi ektrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain ( cara untuk mencapai tujuan). 
  • Determinasi Diri dan Pilihan Personal.
Murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal.
  • Pengalaman Optimal
Csikszentmihalyi menggunakan istilah flow untuk mendeskripsikan pengalaman optimal dalam hidup. Pengalaman optimal itu kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu menguasai dan berkonsentrasi penuh saat melakukan aktivitas.
  • Imbalan Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik.
  • Pergeseran Develovmental dalam Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik

Proses Kognitif lainnya
            Teori atribusi menyatakan bahwa dalam usaha mereka memahami perilaku atau kinerjanya sendiri, orang-orang termotivasi untuk menemukan sebab-sebab yang melandasinya. Atribusi adalah sebab-sebab yang di anggap menimbulkan hasil.
            Bernard Weiner ( 1986, 1992 ) mengidentifikasi tiga dimensi atribusi kausal : (1) lokus, apakah sebab itu bersifat eksternal atau internal bagi si actor; (2) kemampuan, sejauh mana sebab-sebab itu tetap tak bisa diubah atau dapat diubah; dan (3) daya control, sejauh mana individu dapat mengontrol sebab tersebut.
  • Motivasi untuk Menguasai.
            orientasi untuk menguasi adalah pandangan personal yang melinatkan penguasaan atas tugas, sikap positif dan strategi beriorientasi solusi. Orientasi tak berdaya adalah pandangan personal yang fokus  pada ketidakmampuan personal, atribusi kesulitan pada kurangnya kemampuan, dan sikap negatif. Orientasi kinerja adalah pandangan personal yang lebih menitiberatkan pads kinerja/hasil ketimbang prosesnya;bagi murid beriorintasi kinerja, kemengan atau keberhasilan adalah penting dan kebahagian dianggap sebgai hasil dari kemenagan. Self-Efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan memproduksi hasil positif.
  • Penentuan Tujuan, Perencanaan, dan Monitoring Diri.
            Tujuan yang menantang adalah komitmen untuk meningkatkan diri. Murid yang melobatkan ego mungkin fokus pada betapa pandainya penampilan mereka dan betapa efektifnya mereka bisa melebihi teman-temannya. Sebaliknya, murid dengan tujuan yang melibatkan tugas akan fokus pada usaha menguasai suatu tugas.
            Perencanaan juga penting bagi murid . tidak cukup hanya menyuruh murid menentukan tujuan. Mereka juga perlu didiorong untuk merencanakan cara mereka akan mencapai tujuan mereka ( Elliot & Thrash, 2001; Maehr, 2001; Randi & Corno, 2000).Menjadi perencana yang baik berarti bisa mengelola waktu secari efektif, mentukan prioritas, dan bisa menata diri. Para periset telah menemukan bahwa murid berprestasi tinggi sering kali merupakan pelajar yang mampu menata diri sendiri ( self- regulatory )

Jumat, 09 Mei 2014

Pendidikan Anak yang Berkebutuhan khusus
 
Anak Berkebutuhan Khusus adalah mereka yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Anak berkebutuhan khusus yang paling banyak mendapat perhatian guru menurut Kauffman dan Hallahan antara lain sebagai berikut :
Anak tunanetra
Anak tunarunguwicara
Tunagrahita ( mental retardation )
Anak berkesulitan belajar ( learning disabilities )
Hyperactive
Anak tunalaras
Anak autistic
Anak tunadaksa ( physical disability )
Anak tunaganda ( multiple handicapped )
Anak berbakat ( gifted and special talents )

Anak tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan penglihatan atau ketidak fungsiannya indra penglihatan secara normal sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus.Bervariasinya kelainan penglihatan pada anak tunanetra, menuntut adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Hal ini penting dalam upaya menentukan apa yang dibutuhkan dapat mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan kemampuan dan keadaannya.

Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran atau kehilangan pendengaran yang diakibatkan oleh ketidak fungsinya sebagian atau seluruh indra pendengaran dimana tingkat ketajaman pendengarannya tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga dibutuhkan suatu layanan pendidikan khusus.

Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami keterbelakangan intelegensi di bawah rata-rata sedemikian rupa sehingga kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.
klasifikasi menurut tingkat kecerdasan :
IQ antara 51 s/d 70 termasuk tunagrahita ringan ( mampu didik/debil )
anak ini mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja.
IQ antara 31 s/d 50 termasuk tunagrahita sedang ( mampu latih/embisil )
anak ini mempunyai kemampuan intelektual dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan.
IQ di bawah 30 termasuk tunagrahita berat ( mampu rawat / idiot ) dan sangat berat. Anak ini sulit mencapai keterampilan hidup yang diharapakan secara normal.

Anak tunadaksa adalah anak yang mengalami cacat tubuh/kerusakan tubuh atau anak yang mengalami gangguan fisik dan kesehatan dari tingkat ringan sampai dengan tingkat berat dan sangat berat

Anak tunalaras adalah anak yang berumur antara 6-17 tahun dengan karakteristik bahwa anak tersebut mengalami gangguan/hambatan emosi dan berkelainan tingkah laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga,sekolah dan masyarakat.
Tunalaras ada 4 jenis yaitu :
Tunalaras social ( socially maladjustek ) = anak yang tidak dapat menyesuaikan diri secara social, kita sebut dengan anak nakal.
Tunalaras emosi ( emotional disturbed ) = anak yang mengalami gangguan emosi seperti terlalu penakut, penalu dan minder yang berlebihan
Hiperaktif adalah anak yang aktifitasnya berlebihan anak sulit untuk diam dan tidak konsentrasi
Autis adalah anak yang hidup didunianya sendiri sehingga anak tersebut terputus komunikasinya dengan lingkungannya.
Anak berkesulitan belajar (Learning disability) Anak yang berprestasi rendah (underachievers) umumnya kita temui disekolah karena mereka pada umumnya tidak mampu menguasai bidang studi tertentu yang diprogramkan oleh guru berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Anak berbakat adalah anak yang menunjukkan fakta adanya kemampuan penampilan yang tinggi dalam bidang-bidang intelektual, kreatif, seni, kapasitas tinggi dalam bidang-bidang akademik khusus, dan yang memerlukan pelayanan-pelayanan atau aktifitas-aktifitas yang tidak bisa disediakan oleh sekolah agar tiap kemampuan berkembang secara penuh.


Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK temporer (sementara) dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK temporer meliputi: anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan (anjal), anak-anak korban bencana alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak yang menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK permanen adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency and Hiperactivity Disorders), Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas (Gifted), dan lain-lain.
Untuk menangani ABK tersebut dalam setting pendidikan inklusif di Indonesia, tentu memerlukan strategi khusus. Pendidikan inklusi mempunyai pengertian yang beragam. Stainback dan Stainback (1990) mengemukakan bahwa: sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil. Lebih dari itu, sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima, menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan individualnya dapat terpenuhi. Selanjutnya, Staub dan Peck (1995) menyatakan bahwa: pendidikan inklusi adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler. Hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak berkelainan, apapun jenis kelainannya dan bagaimanapun gradasinya. Sementara itu, Sapon-Shevin (O’Neil, 1995) menyatakan bahwa pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Oleh karena itu, ditekankan adanya perombakan sekolah, sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak, sehingga sumber belajar menjadi memadai dan mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu para siswa, guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya.
Melalui pendidikan inklusi, anak berkelainan dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya (Freiberg, 1995). Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak berkelainan yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas.
Dalam hal ini, ada empat strategi pokok yang diterapkan pemerintah, yaitu: peraturan perundang-undangan yang menyatakan jaminan kepada setiap warga negara Indonesia (termasuk ABK temporer dan permanen) untuk memperoleh pelayanan pendidikan, memasukkan aspek fleksibilitas dan aksesibilitas ke dalam sistem pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Selain itu, menerapkan pendidikan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan mengoptimalkan peranan guru.
Di bawah ini beberapa strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus:
1. Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra
Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat dan optimal dari semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi tujuan, materi pelajaran, media, metode, siswa, guru, lingkungan belajar dan evaluasi sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pembelajaran , antara lain:
  1. Berdasarkan pengolahan pesan terdapat dua strategi yaitu strategi pembelajaran deduktif dan induktf.
  2. Berdasarkan pihak pengolah pesan yaitu strategi pembelajaran ekspositorik dan heuristic.
  3. Berdasarkan pengaturan guru yaitu strategi pembelajaran dengan seorang guru dan beregu.
  4. Berdasarkan jumlah siswa yaitu strategi klasikal, kelompok kecil dan individual.
  5. Beradsarkan interaksi guru dan siswa yaitu strategi tatap muka, dan melalui media.
Selain strategi yang telah disebutkan di atas, ada strategi lain yang dapat diterapkan yaitu strategi individualisasi, kooperatif dan modifikasi perilaku.
2. Strategi pembelajaran bagi anak berbakat
Strategi pembelajaran yang sesuai denagan kebutuhan anak berbakat akan mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam meneentukan strategi pembelajaran adalah :
  1. Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas.
  2. Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga mengembangkan kecerdasan emosional.
  3. Berorientasi pada modifikasi proses, content dan produk.
Model-model layanan yang bias diberikan pada anak berbakat yaitu model layanan perkembangan kognitif-afektif, nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus.
   3. Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita
Strtegi pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah umum akan berbeda dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di sekolah luar biasa. Strategi yang dapat digunakan dalam mengajar anak tunagrahita antara lain;
  1. Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan
  2. Strategi kooperatif
  3. Strategi modifikasi tingkah laku
4. Strategi pembelajaran bagi anak tunadaksa
Strategi yang bias diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian tempat pendidikan, sebagai berikut:
  1. Pendidikan integrasi (terpadu)
  2. Pendidikan segresi (terpisah)
  3. Penataan lingkungan belajar
5. Strategi pembelajaran bagi anak tunalaras
Untuk memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman (1985) mengemukakan model-model pendekatan sebagai berikut;
  1. Model biogenetic
  2. Model behavioral/tingkah laku
  3. Model psikodinamika
  4. Model ekologis
6. Strategi pembelajaran bagi anak dengan kesulitan belajar
1.     Anak berkesulitan belajar membaca yaitu melalui program delivery dan remedial teaching
2.    Anak berkesulitan belajar menulis yaitu melalui remedial sesuai dengan tingkat kesalahan.
3.    Anak berkesulitan belajar berhitung yaitu melalui program remidi yang sistematis sesuai dengan urutan dari tingkat konkret, semi konkret dan tingkat abstrak.
7. Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu
Strategi yang biasa digunakan untuk anak tunarungu antara lain: strategi deduktif, induktif, heuristic, ekspositorik, klasikal, kelompok, individual, kooperatif dan modifikasi perilaku.

Psikologi Sekolah

Tujuan pendidikan adalah membantu peserta didik agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan. Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari penerapan teori-teori psikologi dalam b\idang pendidikan.
Kontribusi Psikologi Pendidikan:
1.Pengembangan Kurikulum

  •   Kurikulum adalah seperangkat program yang direncanakan dan dilaksanakan baik didalam maupun di sekolah untuk mencapai pendidikan.
  • Pengembangan kurikulum dilakukan agar mempertimbangkan aspek-aspek karakteristik psikologis peserta didik,kemampuan peserta didik untuk melakukan sesuatu dalam berbagai konteks, hasil belajar ( Learning Outcomes ), dan standarisasi kemampuan siswa.
  • Penyusun buku agar disusun didasrkan pada segi-segi psikologis peserta didik.
P
2. Pengembangan Program Didik

  •  Misalnya penyusunan jadwal pelajaran, jadwal ujian dan lain-lain. Dengan mempertimbangkan aspek psikologis peserta didik.

  •  Penetuan jurusan atau program.
  • Pengembangan program harus mengacu pada upaya pengembangan kemampuan potensial peserta didik.

3. Sistem Pembelajaran

  •  Pemilihan teori belajar yang akan diaplikasikan.
  •   Pemilihan model-model pembelajaran.
  •   Pemilihan media dan alat bantu pembelajaran.
  •   Penetuan alokasi waktu belajar dan pembelajaran
4. Sistem Evaluasi
  •  Penentuan tehknik evaluasi ( tehknik tes atau tehknik non tes ).
  •   Penentuan jenis tes ( lisan, tulis, dan perbuatan serta objektif atau sujektif ).
  •   Penentuan mengenai waktu pelaksanaan evaluasi.


Psikologi Sekolah adalah penerapan ilmu psikologis berupa pemberian pelayanan Psikologis guna tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Psikologi sekolah bertugas membentuk individu yang sehat mental guna tercapainyan proses belajar efektif, seperti :
·         High academic achievement.

  •         Positive social skills and behavior.
  •          Healthy relationships and connectedness.
  •          Tolerance and respect for other.
  •          Competence, self-esteam, and resiliency.

Fungsi psikologi sekolah ada tiga tingkatan ( Sukadji, 2000)

  1.       Tingkatan Psikodiagnostik
  2.     Tingkat klinis dan konseling
  3.  Tingkat industry dan organisasi.

Pelayanan Psikologis :

  •     Assessment
  •    Consultation for student, teacher, parents, and staff
  •    Prevention 
  •    Intervention
  •   Staff, parent, and student education
  •   Research and program developlent
  •   Mental health care


Permasalahan yang Terjadi Di Sekolah
1. Bullying

Sedikitnya ada 2 masalah utama dibalik terjadinya bullying di sekolah:
Penampilan, danStatus sosial. Pelaku bullying (disebut “Bully”) selalu memilih target / korban dari kalangan teman yang menurut mereka tidak cocok untuk bergaul bersamanya; bisa karena penampilan, sifat (misalnya pemalu, pendiam), ras, agama, atau suku. Dan pilihan target akan jatuh pada individu yang menurut mereka inferior atau di bawah strata mereka. Bullying dapat terjadi secara fisik, psikologis, verbal, maupun seksual. Secara fisik contohnya dengan dipukul, dicubit, didorong, dijegal, dll. Secara psikologis misalnya dipermalukan di depan umum, dipanggil dengan nama cemoohan, dihasut, difitnah, barang-barangnya disembunyikan, dll. Secara verbal contohnya dicaci maki langsung, diteror (baik melalui telepon, sms, atau email). Secara seksual bisa terjadi dari yang paling ringan dicolek-colek, sampai yang paling parah diperkosa.

2. Tawuran Antar Pelajar
Tawuran merupakan perilaku anarki berkelompok antar kelompok remaja yang biasanya berawal dari masalah yang sepele. Pemicu tawuran seringnya karena rasa emosi remaja yang masih labil hingga sulit untuk dikontrol ketika dihadapkan pada tantangan. Selain itu, kesetiakawanan juga sering menjadi alasan mengapa pelajar melaukan tawuran.

Disekolah perselisihan bisa terjadi antara:
1. Siswa dengan siswa
2. Guru dengan guru
3. Orang tua dengan guru
4. Guru dengan pimpinan (kepala sekolah)

Berikut ini adalah cara penyelesaian masalah menurut subyek yang berselisih;
Siswa
·         Bicara langsung ke orang yang mengganggu, minta bantuan teman jika diperlukan.
·         Katakan kepada teman yang mengganggu “Stop! saya tidak suka kamu berbuat seperti itu!”
·         Acuhkan (pergi dari orang yang mengganggu serta lakukan kegiatan untk menghindar)
·         Cari bantuan dari orang yang mau mendengar dan membantu (guru kelas , guru BP atau orang tua)

Orang tua siswa
·         Buatlah janji dengan pihak yang berkepentingan, tuliskan apa yang menjadi masalah, bicarakan masalah dengan guru serta harapan apa yang di inginkan.

Guru
·         Identifikasikan masalah anda,
·         Bicarakan dengan rekan sekerja mengenai masalah anda
·         Mintalah rekan kerja anda untuk bersikap obyektif
·         Adakan pendekatan dengan orang yang mempunyai masalah dengan anda lalu gunakan pernyataan “saya” untuk menggambarkan bagaimana perasaan anda untuk kemudian memudahkan anda dan rekan kerja bekerja dengan penuh harmonis dan kerja sama di masa mendatang.