Evaluasi
Kinerja Kelompok Kegiatan Observasi dan Hasil Observasi Sekolah
Oleh: Kelompok 12
Andry Sony S (09-079) http://09079as.blogspot.com/
Awiddah Khairiami P (13-051) http://13051ak.blogspot.com/
Nanda Safrida P (13-055) http://nandasyafrida.blogspot.com/
Alifia Ridha P (13-063) http://13063arp.blogspot.com/
Jerni Hati S (13-067) http://13067jh.blogspot.com/
Atika Zahra (13-131) http://atikzhra.blogspot.com/
Profil Sekolah
Nama Sekolah : SD dan MDTA Yayasan
Perguruan Islam
Al-Ikhlas
Alamat : Jalan
Sei Padang no. 129 Kecamatan
Medan Selayang, kode pos: 20121
Visi dan Misi : Mengutamakan kreativitas dan
menanamkan aqidah Islam
Evaluasi (evaluation) adalah proses penilaian. Evaluasi dapat diartikan sebagai proses pengukuran
akan efektifitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan (Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas).
A.
Evaluasi
Kinerja Kelompok
Kami membagi proses kegiatan observasi ke dalam
3 tahap:
1.
Tahap
perencanaan/persiapan kegiatan
2.
Tahap
pelaksanaan kegiatan
3.
Tahap
pasca-pelaksanaan kegiatan
1.
Tahap
perencanaan/persiapan kegiatan
Meliputi:
1.
Pembagian
tugas
Anggota kelompok kami dibagi menjadi dua subkelompok
yang masing-masing terdiri atas 3 orang; subkelompok A melakukan observasi di
dalam kelas (mengamati ruang kelas, bagaimana situasi proses belajar-mengajar
di dalam kelas, tata ruang kelas) dan subkelompok B melakukan observasi di luar
kelas (mengamati sekolah secara keseluruhan, meneliti fasilitas, sarana dan
prasarana).
Subkelompok A: Alifia Ridha Pratiwi, Jerni Hati, Nanda Syafrida Putri
Subkelompok B: Andry Sony S, Awiddah Khairiami P, Atika Zahra
2.
Menentukan sekolah, jenjang dan
kelas yang akan diobservasi
Kelompok kami
mengobservasi
SD dan MDTA Yayasan Perguruan Islam Al-Ikhlas tepatnya kelas
1 SD. Sekolah ini beralamat di Jalan Sei Padang no. 129 Kecamatan Medan Selayang, kode pos: 20121
3.
Pengurusan
surat izin untuk dilakukannya kegiatan observasi yang nantinya akan diserahkan
pada pihak sekolah yang diobservasi di Fakultas Psikologi USU
4.
Penentuan
kapan akan dilaksanakannya observasi
Kegiatan
observasi dilaksanakan pada hari Selasa, 8 April 2014 pada pukul 07.10 sampai
09.00.
5.
Lain-lain
Lain-lain meliputi:
kelengkapan atribut yang digunakan selama proses observasi (kartu tanda
mahasiswa dan almamater), alat-alat yang diperlukan (Kamera
HP dan tab untuk dokumentasi, Note untuk mencatat hasil observasi meliputi dinamika di dalam kelas, sistem
pengajaran, setting ruang kelas, setting sekolah, dan alat-alat tulis), dan pemberian reward pada sasaran observasi.
2.
Tahap
pelaksanaan kegiatan
1.
Lama
observasi
Observasi dilaksanakan selama 1 jam 45 menit (mulai pukul 07.15 sampai
09.00)
2.
Kinerja
kelompok
Setiap anggota kelompok bekerja dengan
optimal selama proses observasi berlangsung. Sesuai dengan pembagian tugas pada
tahap perencanaan, pelaksanaan kegiatan mencakup:
Ø Subkelompok A melakukan observasi di dalam
kelas (mengamati ruang kelas, bagaimana situasi proses belajar-mengajar di
dalam kelas, tata ruang kelas)
Ø Subkelompok B melakukan observasi di luar kelas
(mengamati sekolah secara keseluruhan, meneliti fasilitas, sarana dan
prasarana).
3.
Proses dokumentasi
dan pencatatan apa-apa saja yang berlangsung di kelas (dinamika
pembelajaran antara siswa dan guru,
setting ruangan kelas) dan di luar kelas (setting lokasi sekolah secara
menyeluruh).
4.
Setelah proses
observasi selesai, kami memberikan reward
pada anak-anak dan meminta izin kepada kepala sekolah untuk meninggalkan lokasi observasi karena
telah berakhirnya kegiatan observasi.
Tahap perencanaan tidak selamanya berjalan dengan
baik dan lancar. Ada beberapa hambatan yang juga terjadi selama proses
pelaksanaannya. Kelompok kami juga mengalami hal itu.
Faktor pendukung:
1.
Pihak
sekolah dapat bekerja sama dengan kelompok (memberikan izin, mendukung
sepenuhnya)
2.
Setiap anggota
bertanggung jawab penuh selama proses observasi berlangsung
3.
Pengurusan surat izin di
Fakultas berjalan dengan baik walaupun sudah mendekati deadline
4.
Lokasi observasi
yang mudah
dijangkau
5.
Masing-masing anggota kelompok yang dapat bekerja sama selama proses observasi
berlangsung
Faktor penghambat:
1.
Terlalu sedikitnya
usulan sekolah yang akan menjadi sasaran observasi (terhambat karena faktor
lokasi yang agak sulit dijangkau)
2.
Susahnya berkumpul
bersama anggota kelompok karena jadwal kegiatan yang berbeda-beda pada masing-masing
individu
3.
Kesulitan mencari
hari yang
tepat untuk dilaksanakannya proses observasi karena pada saat itu murid-murid
sedang
menjalani UTS. Kepala sekolah belum dapat mengizinkan observasi berlangsung jika murid-murid masih menjalani UTS
4.
Keterbatasan
alat dokumentasi yang dimiliki oleh anggota kelompok. Tetapi, walaupun alat dokumentasi terbatas, proses kegiatan observasi tetap
dapat berjalan dengan baik
5.
Ada sedikit
kendala mengenai
format dan isi dalam pembuatan slide powerpoint
3.
Tahap
pasca-pelaksanaan kegiatan
Tahap pasca-pelaksanaan kegiatan meliputi:
penyusunan hasil dokumentasi dan laporan. Pembuatan laporan didasarkan pada
hasil diskusi sesama anggota kelompok.
Analisis dengan Teori Belajar dan atau Teori Perkembangan
1.
Teori
Perkembangan Kognitif (Jean Piaget)
Piaget membagi perkembangan kognitif pada anak ke
dalam empat periode yaitu:
a.
Periode sensorimotor ( 0 – 2
tahun)
b.
Periode praoperasional (2-7
tahun)
c.
Periode operasional konkrit (7-11
tahun)
d.
Periode operasi formal (11-dewasa)
Menurut Teori Perkembangan Kognitif
Piaget, kita sudah memasuki tahap operasional formal.
Tahap operasional
formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap
ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus
berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan
untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan
dari informasi yang tersedia. Pengetahuan pada tahap
operasional formal telah berkembang dengan pesat.
Melalui
kegiatan observasi ini, seseorang yang telah memasuki tahap operasional formal
tentunya akan berpikir bahwa kegiatan observasi
membutuhkan analisis yang terperinci (diperoleh
dengan penalaran logika yang baik dan sudah memasuki sempurna) dan penyusunan yang sistematis. Kerangka kegiatan observasi dan penyusunan hasil observasi yang sistematis akan
memudahkan pelaksanaan kegiatan. Selain itu, sumber
pengetahuan yang cukup memadai dapat
membantu proses terselesainya tugas.
B.
Evaluasi
Hasil Observasi
Poin-poin singkat hasil observasi:
1.
Pelajaran
pertama di kelas dimulai pada pukul 07.15 sampai 09.15
2. Ruangan kelas 1 berukuran sekitar 6x6
meter. Perangkat di dalam kelas terdiri atas: 1 meja guru, 12 bangku murid, 1 lemari kayu, 1 papan tulis kapur, 1
papan absensi siswa, foto presiden dan wakil presiden, pancasila, kalender,
doa-doa, dll
3.
Kelas 1
terdiri dari 16 murid, 11 orang laki- laki dan 5 orang perempuan
4.
Mereka mengenakan pakaian
merah-putih lengan panjang dan bawahan panjang. Untuk laki-laki memakai peci dan perempuan memakai jilbab
5.
Sebelum
masuk kelas, murid-murid berbaris terlebih dahulu sesuai kelasnya masing-masing
6.
Murid yang terlambat tidak diizinkan masuk kelas
7.
Kelas dan lingkungan di sekitar
kelas harus terkondisikan bersih. Siapapun yang melihat ada sampah di sekitarnya, harus dikutip dan
dibuang pada tempatnya.
8.
Dinamika di
dalam kelas meliputi: guru memandu muridnya untuk berdoa dan membaca
surat-surat pendek sebelum pelajaran dimulai, guru memberikan tugas kepada murid dan mengumpulkannya
setelah selesai, guru akan memberikan negative reinforcement pada murid yang melanggar
peraturan di dalam kelas, guru juga mengadakan sesi tanya jawab
dengan pertanyaan-pertanyaan
seputar kehidupan sehari-hari dan agama.
Analisis dengan Teori Belajar dan atau Teori Perkembangan
1.
Teori
Kognitif Sosial (Albert Bandura)
Teori kognitif sosial adalah obvervational
learning, yaitu proses belajar dengan mengamati tingkah laku
dari orang di sekitarnya (model) dan kemudian menirukannya (modelling).
Ex: guru menyuruh muridnya untuk mengutip sampah
yang ada di sekitarnya dan membuang-nya ke tempat sampah agar lingkungan
menjadi bersih dengan terlebih dulu melakukannya, dan kemudian akan ditirukan
oleh si murid (guru sebagai model)
2.
Teori
Behaviorisme Ivan Pavlov
Classical Conditioning adalah model pembelajaran yang menggunakan stimulus untuk
membangkitkan rangsangan secara alamiah melalui stimulus lain dan terjadi
secara berulang
Ex: Ketika guru bernyanyi “Islamku ada…” tanpa mengatakan kata "lima" tetapi memberikan tepuk tangan satu kali, murid akan merespon dengan langsung menjawab "lima" karena sebelumnya guru sudah mengajarkan dan memberikan stimulus lain yaitu tepuk tangan satu kali ketika kata "lima" disuarakan.
3.
Teori
Behaviorisme Thorndike
“Law of Effect” dimana konsekuensi
dari respon menentukan apakah respon akan muncul lagi di kemudian hari (proses
belajar tergantung konsekuensinya).
Ex: pemberian positive reinforcement (guru akan memberikan nilai yang baik
untuk anak-anak yang bisa menjawab pertanyaan dengan baik), negative
reinforcement (guru akan
marah dan atau memberikan ancaman ketika ada murid yang melanggar peraturan
kelas),
dan punishment (guru
akan memberikan hukuman ketika pelanggaran yang dilakukan tidak dapat ditolerir
lagi, menyuruh murid keluar kelas).
4. Teori Perkembangan Kognitif (Jean Piaget)
Menurut Teori Perkembangan
Kognitif Piaget,
anak-anak kelas 1 SD dapat digolongkan pada tahap periode operasional konkrit (7-11
tahun).
Proses-proses penting
yang berlangsung selama tahapan ini antara lain:
Ø Pengurutan. anak ini sudah bisa mengurutkan benda berbeda ukuran
baik dari kecil ke besar
atau sebaliknya.
Ø Klasifikasi. Apabila
guru mengatakan mengucap dua kalimah syahadah, mendirikan solat, menunaikan
zakat, berpuasa, anak sudah bisa mengklasifikasi bahwa yang disebutkan oleh
guru merupakan Rukun Islam
Ø Operasi Penghitungan konkret. Di sini anak-anak
sudah mulai memahami bahwa 4+4 sama dengan 8, sementara 8-4 akan sama dengan 4
5. Teori Belajar Vygotsky
Zone of proximal development adalah kemampuan anak-anak bekerja menangani tugas-tugas yang belum
dipelajarinya namun tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya. Proses belajar terjadi dalam dua tahap: tahap pertama, saat
berkolaborasi dengan orang lain (guru atau yang lebih berpengalaman), dan tahap
berikutnya dilakukan secara individual.
Guru
memberikan tugas kepada murid dan menentukan target waktu dalam
menyelesaikannya. Setelah itu guru akan menilai sudah sejauh mana kemampuan
mereka. Dalam proses menilai itu, guru mem-berikan evaluasi kepada murid
(penjelasan agar mereka lebih mengerti, memberi tahu jawaban yang benar)
sehingga ketika ada soal yang sama seperti itu, mereka sudah bisa
mengerjakannya dengan benar (guru
sebagai pembimbing murid)
6. Teori Ekologi Bronfenbrenner
Teori
Ekologi Bronfenbrenner menjelaskan bahwa perkembangan anak-anak adalah hasil
interaksi antara alam sekitar dengan anak-anak tersebut.
Ø Mikrosistem: interaksi antara murid dengan murid atau
murid dengan guru di dalam kelas
Ø Mesosistem: apakah keadaan anak di rumah dapat
mempengaruhi tingkah lakunya ketika di dalam kelas
Ø Eksosistem: organisasi kelas dan peraturan yang berlaku
di sekolah dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak
Ø Makrosistem: norma-norma sekolah
Ø Kronosistem: berkaitan dengan arus perubahan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi
Source:
Santtrock, John W. 2013. Psikologi Pendidikan.
Jakarta : Kencana
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget-dan-implementasinya-dalam-pendidikan-346946.html
http://edukasi.kompasiana.com/2013/09/25/teori-belajar-menurut-vygotsky-595767.html
http://edukasi.kompasiana.com/2013/09/25/teori-belajar-menurut-vygotsky-595767.html