Cerpen Persahabatan
Seperti biasa jam weaker berbunyi pukul 4 pagi. Andra pun bangun dan
langsung ke kamar mandi berwudhu lalu sholat subuh. Setelah itu ia
berolahraga agar badannya tetap fit, kerena sekarang aktivitasnya
semakin banyak. Andra anak kedua dari 3 bersaudara. Kakaknya laki-laki
dan sudah berja di luar kota, sedangkan adiknya perempuan dan masih
bersekolah di SMP 70 Jakarta. Sekarang Andra sudah kelas 3, ia
bersekolah di SMA 29 Jakarta.
Jam sudah menunjukkan pukul 6 Andra berangkat ke sekolah. Karena
jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh, ia naik motor. Ketika di tengah
perjalanan, Andra menepi dan melihat ban motornya.
“Aduh.. kenapa ini ban pake kempes segala, mana gak ada bengkel lagi.”,
ketus Andra. Terpaksa ia mendorongnya cukup jauh untuk menemukan
bengkel.
“Bang, tambal ban dong.” ucap Andra ke tukang tambal ban. Kemudian diperiksa.
“De, bannya gak bisa ditambal, harus diganti ban baru.” balas tukang tambal ban.
“Yakin bang gak bisa ditambal?”, ucap Andra.
“Gak bisa de, bannya udah sobek.” kata tukang tambal ban.
“Ya udah deh, berapa bang harga ban baru?”, tanya Andra.
“40.000 lah de, udah sama ongkos pasang.”, jawab tukang tambal ban.
“Mahal banget bang, gak bisa murahan dikit bang?”, tanya Andra.
“Ini yang bagus de, biar awet.” balas tukang tambal ban.
“Ok deh bang, ganti yang baru.” ucap Andra. Dia merasa kesal karena uang di dompetnya langsung ludes.
Andra pun melanjutkan perjalanan ke sekolah. Sepertinya dia akan kena
hukum karena telat. Sesampainya di sekolah, ia langsung dihadang Pak
Kalit salah satu guru tergalak di sekolahan.
“Kenapa kamu baru datang?, jam berapa sekarang!” bentak Pak Kalit.
“Maaf Pak, tadi di jalan ban motor saya bocor.” jawab Andra.
“Gak ada alasan, sekarang kamu dorong motor keliling lapangan 5 kali putaran.” perintah Pak Kalit.
Dengan terpaksa Andra melakukannya, walau sebenarnya ia ingin menolaknya. Setelah itu Andra masuk ke dalam kelas.
Bel istirahat berbunyi, tapi Andra tidak keluar karena lelah sehabis mendorong motor. Beberapa sahabatnya datang menyapa.
“Woy, kenapa lu sob mukanya lecek banget.” sahut Irvan.
“Tau ni, hidup itu dibawa enjoy aja gan.” sahut Putra.
“Tadi pagi, pas di jalan tiba-tiba ban gua kempes trus bannya harus
diganti ban baru, abis dah duit gua, ditambah lagi tadi gua dihukum Pak
Kalit gara-gara telat, sial banget dah.” keluh Andra.
“Yang sabar aja bro, hidup itu gak selalu mulus.” ucap Arman.
Bel masuk berbunyi, mereka belajar lagi. Sepulang sekolah mereka
berempat kumpul di pendopo. Mereka adalah empat serangkai yang selalu
bersama-sama baik suka maupun duka. Kalau ada tugas kelompok mereka
selalu bersama. Mereka ingin mendiskusikan tentang tugas kelompok yang
baru dikasih tadi.
“Gimana nih tugasnya, mau dikerjain bareng-bareng atau sendiri-sendiri trus nanti digabung?”, tanya Irvan kepada yang lain.
“Gua terserah yang lain pada mau gimana.” ucap Arman.
“Kalo menurut gua mending sendiri-sendiri baru nanti digabung, setuju gak?” ucap Andra.
“Setuju.” teriak Irvan, Arman dan Putra.
“Kapan ni kita kumpulin datanya gan?”, tanya Putra.
“Gimana kalo akhir minggu aja, hari Jumat, oke?”, saran Andra.
“Oke.” teriak Irvan, Arman dan Putra.
Mereka pun pulang ke rumah, karena sudah sore dan disuruh satpam
sekolah. Mereka mulai sibuk mencari tugas masing-masing. Irvan mencari
data di internet. Arman mencari di beberapa buku, sedangkan Putra
bertanya ke kelas lain yang sudah mengerjakan.
Tak terasa sudah seminggu berlalu, mereka kumpul lagi di pendopo.
“Gan, siapa ni yang mau ngedit datanya?”, tanya Putra.
“Gua aja, mana data-datanya?”, ucap Andra.
Irvan, Putra dan Arman mengasih flashdisknya. Setelah itu mereka pun pulang ke rumah.
Besok hari Sabtu Andra berniat mengedit data yang dikumpulkan
teman-temannya, dia tidak mau main sampai tugasnya selesai dulu. Sejak
pagi Andra mengedit datanya dan tak terasa sudah malam, ia pun
menyimpannya di flashdisk. Hari minggunya mereka jalan-jalan ke puncak,
menghilangkan strees.
Hari ini Andra dan yang lain ingin kumpul lagi sepulang sekolah di pendopo.
“Sob, tugasnya udah jadi kan?” tanya Irvan ke Andra.
“Udah kok, kenapa emang?” tanya Andra.
“Gua mau lihat datanya, biar nanti pas presentasi bisa jawab pertanyaan.” jawab Irvan.
“Abis lu gantian gua yang pinjem.” ucap Arman.
“Gua juga dong gan, kan gak lucu kalo cuma gua doang yang gak ngerti.” ucap Putra.
“Oke”, jawab Andra sambil memberi flasdisk ke Irvan.
Dua hari kemiudian Arman mengembalikan flashdisknya ke Andra.
“Bro, ni flashdisknya lu aja yang nyimpen”, ucap Arman sambil memberi flashdisk.
“Oke.” balas Andra.
Rabu sore Andra mengecek tugasnya lagi takut ada yang salah. Besoknya
saat ingin presentasi Andra kaget karena flashdisknya tidak ada, dia
mencari di seluruh tas tapi tetap tidak ada. Sahabatnya kecewa karena
Andra tidak membawa flashdisknya.
“Bro, gimana sih kan flashdisknya ada sama lu, payah nih.” ucap Arman.
“Ga tau ni, padahal kemaren sore gua cek ada, tapi sekarang kok gak ada.” ucap Andra dengan agak cemas.
“Kalo kita gak dapet nilai gimana nih gan!, kecewa gua sama lu”, ucap Putra dengan nada agak kesal.
“Sorry, gua juga bingung ke mana nih flashdisknya.” jawab Andra.
“Udah sob mending lu bilang ke Bu Ani, kalo data kita ketinggalan.”, ucap Irvan menengahi.
Andra pun bicara ke Bu Ani kalau flashdisknya ketinggalan, dan minta di
tunda presentasi kelompoknya. Untung saja Bu Ani membolehkan.
“Gimana sob, boleh gak?”, tanya Irvan.
“Alhamdulillah, boleh Van.”, jawab Andra.
“Pokoknya lusa kita harus presentasi, kalo gak ada juga kita gak bakal dapet nilai.”, ucap Arman dengan kesal.
“Bener tu, gua juga gak mau kalo nilai kita nol.” sambung Putra. Mereka berdua keluar kelas dengan rasa kesal dan kecewa.
“Sabar aja sob, mungkin mereka lagi banyak pikiran.” ucap Irvan.
Setelah kejadian tadi Arman dan Putra menjauhi Andra. Andra merasa
kecewa karena mereka menjauhinya. Sepulang sekolah Andra mengobrak-abrik
kamarnya, mencari di semua sudut kamarnya. Tapi tetap tidak ketemu,
Andra mulai putus asa.
Tengah malam Andra terbangun karena masih memikirkan ke mana
flashdisknya, kenapa bisa gak ada. Andra memutuskan untuk sholat
tahajud, menceritakan semua masalahnya kepada Allah. Pagi hari di
sekolah Arman dan Putra masih menjauhinya. Di kelas pun mereka
mendiamkan Andra.
“Yang sabar ya sob, emang lu gak inget terakhir lu taro flashdisknya di mana?”, Irvan menyapa Andra yang sedang bengong.
“Iya van, gua juga bingung, seinget gua udah gua taro dalem tas.”, jawab Andra.
“Lu udah coba tanya sama orang di rumah lu, mungkin ada yang ngeliat.” tanya Irvan.
“Belom sih sob, nanti deh gua coba cari lagi dan tanya sama orang di rumah.” jawab Andra.
Sepulang sekolah Andra mencoba mencari lagi, tapi tidak ketemu dan ia mencoba bertanya ke Ibunya.
“Bu, ngeliat flashdisk di kamar aku gak?”, tanya Andra.
“Tidak Ndra, memang di kamar kamu tidak ada?”, tanya Ibu.
“Gak ada Bu, udah aku cari di semua sudut.”, jawab Andra.
“Coba kamu tanya sama Rina, mungkin dia tahu.” saran Ibu.
“Iya Bu, nanti aku coba tanya sama dia.” ucap Andra.
Malamnya Andra mencoba bertanya ke adikknya.
“Rin, kamu lihat flashdisk kakak gak, yang ada di kamar?”, tanya Andra.
“Oh.. ada di aku kak, maaf aku minjemnya gak bilang sama kakak”, jawab Rina.
“Serius kamu! Kenapa gak bilang dulu, pantes aja kakak cari di mana-mana gak ketemu.” ucap Andra.
“Maaf banget ya kak, aku gak bilang dulu.” ucap Rina sambil memberikan flashdisknya.
“Akhirnya ketemu, soalnya di sini ada tugas penting, dan kalo flashdisk
ini gak ketemu mungkin persahabatan kakak bisa putus.” ucap Andra.
Pagi ini Andra merasa senang dan tenang, karena flashdisknya sudah ketemu.
“Sob gimana, ketemu gak flashdisknya?”, tanya Irvan.
“Alhamdulillah Van ketemu, ternyata flashdisknya ada di adikku.” jawab Andra.
Arman dan Putra menghampiri mereka.
“Serius bro flashdisknya udah ketemu?”, tanya Arman.
“Udah Man, ternyata dipinjem ade gua tapi dia gak bilang dulu jadi gua gak tau.” jawab Andra.
“Jadi flashdisknya ada di ade lu gan?” tanya Putra.
“Iya Put, dia minjem gak bilang-bilang.” jawab Andra.
Arman dan Putra merasa menyesal karena sudah menuduh Andra yang menghilangkan flashdisk. Mereka pun minta maaf.
“Bro sorry ya, gua udah nuduh lu yang ngilangin flashdisknya.” ucap Arman.
“Iya gan, gua juga minta maaf udah nuduh lu.” ucap Putra.
“Iya sob, gua maafin kok.” ucap Andra.
Mereka saling berjabat tangan dan meraka bersama-sama lagi.
Bel masuk berbunyi dan sekarang pelajaran Bu Ani. Mereka pun bersiap-siap untuk tampil presentasi.
“Ayo kelompok Andra, Arman, Irvan dan Putra maju ke depan.” suruh Bu Ani.
“Ayo sob kita maju, masih inget materinya kan.” ajak Irvan.
“Udah lupa-lupa dikit sih, tapi slow aja lah gan.” jawab Putra.
“Oke ayo maju!” ajak Andra.
“Maju..” teriak mereka bersama-sama.
- End -